Rabu, 04 Desember 2013

Kartun dan Dampaknya bagi Konsep Diri Anak.

Mungkin semua menyangsikan saya yang membahas tentang anak? wong saya punya anak juga belum, tau apa saya? eittss... bukan berarti belum punya anak tidak belajar tentang anak dong? Setelah saya berkomitmen untuk menjadi ibu rumah tangga saya mulai sangat serius mendalami dunia anak. Seperti kata hadist, ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Maka, bekal pertama jadi ibu adalah menjadi pintar dan terus belajar.

Judul diatas sebenarnya sudah sangat tidak asing bagi saya, pertama kali kenal tema ini sewaktu saya masih siaran program anak-anak dan kemudian karena menarik saya gali lebih jauh dalam skripsi saya. Tujuan dari penelitian saya adalah karena saya sangat prihatin melihat kartun-kartun saat ini yang tidak di desain untuk kemajuan konsep diri anak dan bahkan beberapa kartun merusak konsep diri anak.

Apa sih konsep diri itu? Konsep diri itu adalah persepsi terhadap diri sendiri atau istilahnya mengerti "who I am". Semakin seseorang mengerti siapa diri kita maka semakin baik konsep diri seseorang tersebut. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana konsep diri dapat dipengaruhi kartun?

Jawaban singkatnya adalah karena seorang anak akan meniru dan mencontoh apa yang dia anggap sebagai "model'. Bagaimana kalau anak menganggap seorang tokoh dalam film kartun bertema action adalah model, maka sikap agresif akan tertanam dalam benaknya, menjadi contoh dan kemudian akan mengikutinya. Lebih parah lagi kalau kemudian anak tersebut kehilangan pandangan tentang diri sendiri dan memilki keinginan menjadi tokoh kartun agresif?

Penelitian skripsi saya melihat bagaimana anak yang menonton Barbie menganggap bahwa cantik adalah tinggi, kurus, dan putih. Konsep cantik tersebut terbawa dalam diri hingga keingginan terbesar mereka ketika besar adalah cantik seperti Barbie. Berbeda dengan anak-anak yang tidak menonton Barbie, walaupun beberapa anak mengakui bahwa tinggi, kurus dan putih adalah cantik namun mereka tidak memiliki opsesi menjadi seperti itu.

Kalau kita fikirkan, bagaimana generasi anak-anak dapat menganggap bahwa putih, tinggi dan kurus adalah cantik? apa ibu-ibu kita waktu kita hamil dan kecil mengajarkan itu? tentu setiap ibu mengangap semua anak perempuannya cantik tanpa harus memiliki kriteria putih, tinggi dan kurus. Namun kartun merubahnya, sang anak memiliki konsep cantik dan sang ibu ikut menuntut seperti itu.

Bagi parents to be , hati-hati dalam memilihkan channell kartun bagi anak-anaknya. Kartun tidak dapat dianggap sebagai hal sepele, karena anak kita saat besar nanti bisa jadi adalah cerminan kartun apa yang ia tonton ketika kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar